Salah satu tantangan terbesar saat membangun atau merenovasi rumah adalah menentukan berapa banyak material yang harus dibeli. Banyak pemilik rumah mengira bahwa menghitung kebutuhan material itu urusan kontraktor saja. Kenyataannya, memiliki gambaran sendiri sangat membantu mengendalikan biaya, menghindari pemborosan, dan memastikan proyek berjalan tanpa hambatan.
Kesalahan kecil dalam perhitungan dapat berujung pada dua masalah: membeli terlalu banyak sehingga stok menumpuk dan uang terpakai sia-sia, atau membeli terlalu sedikit hingga pekerjaan terhenti karena menunggu pasokan tambahan. Keduanya menghabiskan waktu, tenaga, dan biaya. Karena itu, memahami perhitungan dasar material adalah langkah penting yang sebaiknya dilakukan sejak awal.
Artikel ini membahas cara sederhana menghitung kebutuhan material dasar seperti dinding, beton, lantai, hingga finishing. Dengan pendekatan yang mudah diikuti, Anda bisa melakukan perencanaan material secara mandiri sebelum berkoordinasi dengan tukang atau toko material.

1. Mulai dari Hal yang Paling Penting: Ukuran dan Volume
Setiap perhitungan material selalu berawal dari data ukuran. Tanpa ukuran, semua hitungan hanya akan menjadi perkiraan liar. Langkah pertama yang harus dilakukan:
Hitung panjang dan lebar ruang dengan meteran atau membaca gambar denah.


Tentukan tinggi dinding yang akan dibangun.


Hitung jumlah serta ukuran bukaan seperti pintu, jendela, ventilasi.


Jika menghitung struktur, tentukan ketebalan beton atau ukuran kolom dan balok.


Untuk dinding, luas yang dihitung adalah:
Luas dinding = panjang × tinggi – luas bukaan.
Untuk lantai, rumusnya sederhana:
Luas lantai = panjang × lebar.
Untuk beton (dak, lantai kerja, kolom, balok):
Volume beton = panjang × lebar × tebal.
Contoh sederhana:
Jika Anda memiliki dak beton 6 m × 13 m dengan ketebalan 12 cm, maka:
Volume beton = 6 × 13 × 0.12 = 9.36 m³.
Dengan mengetahui volume seperti ini, Anda sudah punya dasar yang jelas untuk menghitung kebutuhan material lainnya.

2. Menghitung Material untuk Dinding: Bata, Mortar, dan Plester
Setelah luas dinding diketahui, langkah berikutnya adalah menghitung kebutuhan material dinding. Setiap jenis dinding memiliki kebutuhan material yang berbeda.
2.1 Bata Merah / Batako / Bata Ringan
Setiap 1 m² membutuhkan jumlah bata yang berbeda:
Bata merah: sekitar 70–75 buah per m².


Batako: sekitar 10–12 buah per m².


Bata ringan: rata-rata 8–9 blok per m².


Contoh:
Jika luas dinding bersih Anda adalah 50 m² dan menggunakan bata merah:
Kebutuhan bata = 50 × 70 = 3.500 bata.
2.2 Mortar/Perekat untuk Pasangan Dinding
Setiap 1 m² pasangan bata membutuhkan sekitar:
10 kg semen


0.05 m³ pasir


Angka ini dapat berubah jika bata ringan digunakan, karena bata ringan memakai perekat khusus yang lebih tipis.
2.3 Plester dan Acian
Untuk plesteran dinding dengan ketebalan standar:
Sekitar 9 kg semen per m²


Sekitar 0.04 m³ pasir per m²


Dengan menghitung berdasarkan luas dinding, Anda dapat menentukan berapa banyak semen dan pasir yang perlu dibeli.

3. Menghitung Beton: Struktur, Pondasi, Sloof, Kolom, dan Balok
Menghitung beton sedikit berbeda karena Anda perlu mengetahui volume totalnya.
3.1 Hitung Volume Beton
Volume beton dihitung dengan rumus:
Volume = panjang × lebar × tebal.
Semua bentuk struktur mengacu pada rumus volume ini, baik itu dak, lantai kerja, kolom, atau balok.
3.2 Mengonversi Volume Beton menjadi Material
Jika volume sudah diketahui, gunakan rasio standar campuran beton, misalnya 1:2:3 (semen : pasir : kerikil).
Dari rasio ini dapat diperkirakan kebutuhan material untuk 1 m³ beton:
Sementara sekitar 11 sak semen per m³


Sekitar 0.5–0.7 m³ pasir


Sekitar 1.0–1.2 m³ kerikil


Contoh nyata:
Jika volume beton Anda 9.36 m³, maka kebutuhan material adalah:
Semen ≈ 9.36 × 11 = 102 sak


Pasir ≈ 9.36 × 0.6 = 5.6 m³


Kerikil ≈ 9.36 × 1.1 = 10.3 m³


Dengan hitungan seperti ini, Anda dapat mempersiapkan budget dan pengiriman material jauh lebih akurat.

4. Menghitung Kebutuhan Lantai: Keramik, Perekat, dan Grout
Untuk pekerjaan lantai, perhitungannya lebih sederhana.
4.1 Hitung Luas Lantai
Gunakan rumus dasar panjang × lebar.
4.2 Hitung Kebutuhan Keramik
Jika Anda memakai keramik ukuran 60×60 cm (0.36 m² per buah):
Jumlah keramik = luas lantai ÷ luas per keping.
Untuk lantai 20 m²:
20 ÷ 0.36 = 55.5 → dibulatkan menjadi 56 keping.
4.3 Tambahkan Cadangan 5–10%
Cadangan penting untuk mengantisipasi:
Keramik pecah saat pemotongan


Perubahan arah pola


Potongan kecil di sudut


Jika butuh 56 keping, tambahkan 10% → total 62 keping.

5. Faktor Wastage: Cadangan Material yang Wajib Ditambahkan
Dalam praktik lapangan, tidak ada pekerjaan yang 100% presisi. Selalu ada material yang hilang, rusak, atau terpakai lebih dari ideal. Karena itu, tambahkan:
5% untuk pekerjaan kasar seperti dinding


5–10% untuk keramik


10% untuk beton pada daerah sulit


10–15% untuk pekerjaan yang melibatkan banyak pemotongan


Memasukkan margin cadangan ini akan membuat pekerjaan lebih stabil dan tidak putus di tengah jalan.

6. Tips Tambahan Agar Perhitungan Lebih Akurat
Gunakan alat ukur yang benar, jangan mengira-ngira.


Simpan catatan ukuran semua ruangan dan dinding.


Bedakan area basah dan kering, karena kebutuhan material bisa berbeda.


Konsultasikan hasil hitungan Anda ke tukang atau kontraktor.


Belanjakan material berdasarkan tahapan proyek agar tidak menumpuk.


Simpan sisa material untuk perbaikan di masa depan, terutama cat dan keramik.



7. Manfaat Menghitung Material Sebelum Membeli
Dengan perhitungan kuat sejak awal:
Biaya material lebih terkendali.


Risiko pemborosan bisa ditekan.


Pembelian bisa disesuaikan anggaran.


Tukang tidak berhenti bekerja karena kekurangan bahan.


Anda bisa membandingkan harga antar toko dengan lebih objektif.


Menghitung kebutuhan material bukan hanya soal menghindari kekurangan bahan, tetapi juga strategi penting untuk menjaga kelancaran proyek secara keseluruhan.

Kesimpulan
Menghitung kebutuhan material sebenarnya tidak serumit yang dibayangkan. Dengan mengetahui ukuran dan volume bangunan, ditambah rumus dasar yang sudah dijelaskan, Anda bisa memperkirakan kebutuhan material dengan cukup akurat. Perhitungan ini akan sangat membantu dalam membuat anggaran, menentukan prioritas pembelian, dan menghindari pemborosan.